قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَا اْلعَمَلُ فِي أَيَّامٍ
أَفْضَلُ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوْا وَلاَ الْجِهَادُ ؟ قَالَ وَلاَ
الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ
يَرْجِعْ بِشَيْئٍ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“ Sungguh tiada amal ibadah afdhal dari hari-hari ini (10 hari
Dzulhijjah,sebagian mengatakan termasuk hari Tasryik yaitu 13
Dzulhijjah), maka beberapa sahabat bertanya : Tidak juga jihad di jalan
ALLAH ?, Rasul saw bersabda : tidak juga Jihad lebih afdhal darinya,
kecuali yang pergi jihad dengan dirinya dan semua hartanya, dan tidak
kembali jiwa dan semua hartanya “ (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ
ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ
بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ
ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ
وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
Limpahan puji ke hadirat Allah SWT yang telah menghamparkan alam
semesta , menghamparkan permukaan bumi untuk menjadi tempat sementara
kita, meniti tangga-tangga keluhuran dan keabadian, meniti tangga-tangga
kebahagiaan, meniti tangga-tangga cinta Allah menuju kasih sayang
Allah, menuju kelembutan Allah, tangga-tangga kerinduan kepada Sang Maha
Abadi, Sang Maha berjasa dan Maha menciptakan hambaNya membantu satu
sama lain ,dan hakikat itu semua dariNya. Hadirin hadirat, tiada nama
sebelum nama Allah dan tiada nama setelah nama Allah . Makna dari
kalimat ini adalah seluruh nama adalah makhluk di dalam samudera
keagungan nama Allah SWT, Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha menerbitkan
matahari dan bulan, Maha menciptakan kehidupan dan kematian, Maha
menawarkan kasih sayang dan cintaNya kepada hamba-hambaNya sepanjang
siang dan malam, di saat mereka melewati hari-harinya dalam setiap
kejapnya bahkan di dalam jebakan dosa yang terdalam sekalipun, Sang Maha
lemah lembut tidak menutup pintuNya bagi hamba yang ingin kembali
kepada kelembutanNya. Pintu rahmat Allah SWT terus terbuka menanti
mereka yang ingin bertobat, maka jelanglah dan jawablah seruan Allah…
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ, لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ
لَكَ
“ Kusambut panggilan-Mu Ya Allah kusambut panggilan-Mu tiada
sekutu bagi-Mu kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian,
ni’mat dan kerajaan hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu.”
Kami datang kepadaMu wahai Allah, datang kepada pengampunanMu,
datang kepada rahmatMu, datang kepada kelembutanMu, datang kepada
harapan-harapan dilimpahi anugerah olehMu, datang kepada Yang Maha
melimpahi anugerah, datang kepada Yang Maha memiliki kebahagiaan dunia
dan akhirah . Kami berkumpul di dalam naungan keagungan namaMu di
majelis yang mulia ini, yang tiada satupun diantara mereka yang hadir
terkecuali Kau melihatnya, dan Kau melihat bathin kami , Kau melihat
masa lalu kami, Kau melihat masa depan kami dan Kau tau dimana kami akan
wafat dan Kau mengetahui berapa jumlah nafas kami yang tersisa, berapa
jumlah nafas kami yang telah lewat, berapa kenikmatan yang telah Kau
berikan, berapa kenikmatan yang masih akan Kau berikan, wahai Allah Ya
Rabbal ‘alamin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Inilah malam-malam agung ‘Arafah, inilah malam-malam mulia di
sepuluh malam bulan Zulhijjah yang merupakan salah satu dari sumpah
Allah SWT atas kemuliaannya seraya berfirman :
وَالْفَجْرِ ¤ وَلَيَالٍ عَشْرٍ ¤ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ( الفجر : 1- 3
“ Demi cahaya fajar, demi malam yang sepuluh dan demi yang genap dan yang ganjil “. ( QS. Alfajr :1-3 )
Para mufassir menjelaskan cahaya fajar yang dimaksud adalah pagi
hari di saat Idul Adha, terbitnya matahari Idul Adha yang membawa
hamba-hamba yang beriman menuju Shalat ‘ied dan berkurban untuk menjamu
saudara saudarinya, sesama tetangga dan kerabatnya dengan Udhhiyyah (
hewan sembelihan kurban ) sebagai tanda hubungan silaturrahmi yang
berpadu, rahasia keluhuran Allah terbit di hari itu, di fajar waktu Idul
Adha .
وَلَيَالٍ عَشْرٍ ( الفجر : 2
“ Demi sepuluh malam “ . ( QS. Alfajr : 2 )
Al Imam Abdullah bin Abbas Ra, sepupu Rasulullah SAW yang digelari
“ Bahrul ‘ilmi Ad Daafiq “ ( lautan ilmu yang dalam ) di dalam tafsirnya menafsirkan makna
“ demi sepuluh malam “ adalah
sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, mulai dari malam 1 Zulhijjah
hingga malam 10 Zulhijjah. Jadi sekarang kita berada di
tengah-tengahnya, malam Jum’at besok kita sudah berada di malam Idul
Adha, berakhirnya sepuluh malam Zulhijjah. Pendapat lain mengatakan
makna
“ demi sepuluh malam “ adalah sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tetapi pendapat yang
Arjah (
lebih kuat ) yang dimaksud adalah sepuluh malam pertama bulan Zulhijjah
yaitu mulai malam 1 Zulhijjah hingga malam 10 Zulhijjah yang di waktu
itu tamu-tamu Allah Rabbul ‘alamin berdatangan ke medan Makkah dan
Madinah untuk haji dan umrah, di tanggal-tanggal luhur itulah penduduk
di barat dan timur ummat sayyidina Muhammad SAW di undang oleh Allah SWT
untuk berkumpul di Arafah, berkumpul di Muzdalifah, berkumpul di medan
thawaf, medan sa’i dan lainnya, sepuluh malam ini adalah malam-malam doa
bagi yang berangkat haji dan umrah atau yang berada di rumahnya karena
kita semua ummat Nabi Muhammad SAW.
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ( الفجر :3
“ Demi yang genap dan yang ganjil “. ( QS. Alfajr : 3 )
Berkata Al Imam Ibn Abbas Ra bahwa makna ayat ini adalah hari
Arafah dan hari Idul Adha, tanggal 9 Zulhijjah dan 10 Zulhijjah. Kenapa
hari Arafah dikatakan genap, karena perhitungannya adalah terbenamnya
hari Arafah yaitu malam 10 Zulhijjah dan ini adalah malam yang genap.
Dan mengapa hari Idul Adha dikatakan yang ganjil padahal hari Idul Adha
adalah tanggal 10, namun yang dimaksud ganjil disini karena mulai dari
malamnya (malam arafah) sudah masuk malam Idul Adha (maksudnya genap dan
ganjil adalah arafah berpadu dg idul adha.
Disunnahkan bertakbir mulai dari terbitnya fajar hari Arafah tapi
muqayyad ( terikat ) dengan waktu shalat , shalat fardhu dan shalat
sunnah, demikian dalam Mazhab Syafi’i. Jadi tidak setiap waktu (hanya
setiap habis shalat mulai fajar hari arafah), hari Arafah tanggal 9
Zulhijjah mulai shalat subuh sudah disunnahkan untuk bertakbir, demikian
pula setelah zhuhur dan asar.
Dan setelah shalat maghrib barulah mutlak sampai shalat Idul Adha
esok harinya. Jadi malam lebaran itu mulai maghrib boleh bertakbir terus
menerus sampai esok harinya, boleh di saat setelah shalat atau sebelum
shalat , saat di rumah atau di jalan, atau sambil beraktifitas itu
diperbolehkan. Disunnahkan dengan sunnah muakkadah bertakbir,
mengagungkan nama Allah di malam 10 Zulhijjah itu sampai selesai waktu
shalat ‘ied maka setelah itu tidak lagi sunnah Muakkadah , kecuali di
waktu-waktu shalat saja (Muqayyad). Selesai shalat fardhu atau shalat
sunnah disunnahkan untuk bertakbir sampai hari ke 13 Zulhijjah,
berakhirnya hari tasyrik saat terbenam matahari pada tanggal 13
Zulhijjah sudah berhenti takbirannya. Jadi takbiran itu mutlaknya mulai
dari waktu maghrib tanggal 9 Zulhijjah malam 10 Zulhijjah sampai selesai
shalat Idul Adha . Dan setelah itu boleh bertakbir tetapi sebaiknya
hanya di waktu selesai shalat fardhu atau shalat sunnah sampai terbenam
matahari pada hari ke 13 Zulhijjah. Sedangkan setelah itu tidak lagi
sunnah muakkadah bertakbir dengan takbir yang masyruu’ yang sering kita
dengar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ( الفجر :3
Firman Allah (yg maknanya)
“ Demi hari Arafah dan hari IdulAdha “, dua
hari yang bergandengan yaitu 9 dan 10 Zulhijjah tepatnya di kalender
kita adalah hari Kamis dan hari Jum’at . Allah bersumpah dengan
kemuliaan sepuluh malam ini, yang mana malam ini adalah salah satunya,
kita di dalam naungan cahaya rahmat Ilahi yang berlimpah, yang mana
Allah melimpahkan keluhuran dan kemuliaan seluas-luasnya. Dijelaskan
oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Nawawy di dalam kitabnya
Syarh Nawawi ‘Alaa Shahih Muslim, mensyarahkan tentang hadits yang kita
baca ini, yang di syarah oleh Al Imam Nawawi dan disyarah juga oleh Al
Imam Ibn Hajar, tetapi syarah Al Imam Nawawy lebih ringkas . Syarah Al
Imam An Nawawy Ar menjelaskan tentang hadits yang kita baca ini, bahwa
“Tiadalah amal yang lebih afdhal diamalkan, dan pahalanya lebih besar daripada hari-hari ini” ,
Al Imam An Nawawi mengatakan sepuluh hari bulan Zulhijjah yaitu mulai
dari tanggal 1 Zulhijjah sampai 10 Zulhijjah, dan Al Imam An Nawawi
mengatakan
“ dan disunnahkan berpuasa di sepuluh hari bulan Zulhijjah, dengan hadits-hadits yang teriwayatkan kuat”. Al
Imam An Nawawi mengatakan, merupakan hal yang salah jika ada orang yang
mengingkari puasa 9 hari di bulan Zulhijjah mulai tanggal 1 sampai 9
Zulhijjah, karena di tanggal-tanggal itu adalah hari-hari yang luhur
sebagaimana hadits riwayat Al Imam Bukhari, sabda Rasulullah saw
:“ Tiadalah suatu amal ibadah yang afdhal melebihi hari-hari ini “ yaitu
sepuluh hari bulan Zulhijjah dari tanggal 1 sampai tanggal 10
Zulhijjah, tetapi tanggal 10 Zulhijjah tentunya diharamkan puasa karena
hari lebaran. Jadi di hari lebarannya tidak puasa, tetapi hari-hari
lainnya seluruh ibadah sunnah muakkadah, karena sudah ada hadits ini dan
diperkuat dengan firman Allah SWT:
وَالْفَجْرِ ¤ وَلَيَالٍ عَشْرٍ ¤ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ( الفجر : 1- 3
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Kita bisa merenung, Rasul SAW bersabda :
“ bahwa tiada satu amal yang lebih baik daripada amal-amal di hari-hari seperti sekarang ini “, maksudnya pahalanya sangat besar. Maka para sahabat bertanya :
“ Ya Rasulallah, Walaa al jihaad? meskipun
jihad tidak juga lebih besar pahalanya daripada ibadah di hari-hari
ini?”, maka Rasulullah berkata : “ Walaa al jihaad “, jihad pun tidak
bisa melebihi pahala orang yang beribadah di hari-hari ini, di sepuluh
hari bulan Zulhijjah,
إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْئٍ
Kecuali orang yang betul-betul keluar untuk membela agama Allah
dengan membawa nyawa dan seluruh hartanya dan tidak kembali baik nyawa
dan hartanya, orang yang seperti itu barulah pahalanya bisa melebihi
orang yang beribadah di sepuluh hari bulan Zulhijjah ini, yaitu tanggal 1
sampai 10 Zulhijjah. Kalau teriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan
lainnya bahwa berlipatgandanya pahala 10 kali hingga 700 kali lipat itu,
dan para Imam menjelaskan yang 700 kali lipat itu adalah di waktu-waktu
tertentu diantaranya di bulan Ramadhan dan di sepuluh hari bulan
Zulhijjah ini, dan diantaranya juga pada tanggal 10 Muharram yang akan
datang.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Demikian keagungan hari-hari mulia ini, bergetar jiwa kita mendengar indahnya hari-hari mulia ini, hingga sahabat berkata
“ Ya Rasulallah Walaa al jihaad ( tidak juga jihad wahai Rasulullah ) “,jihad
itu perang mengorbankan nyawa, dan meninggalkan keluarga dan semua
sahabat. Maksudnya jihad adalah memerangi orang-orang non muslim yang
memerangi muslimin. Sebagaimana firman Allah SWT :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ( الممتحنة :
8
“ Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama, dan
tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil “. ( QS. Almumtahanah : 8 )
Jadi Allah tidak melarang kita untuk berhubungan baik dengan
mereka yang di luar Islam selama tidak memerangi kita muslimin, tidak
membunuh dan mengusir orang-orang Islam dari rumahnya, kalau mereka
orang non muslim tidak memusuhi maka kita harus berbuat lebih baik
daripada mereka. Allah SWT melanjutkan firmanNya :
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى
إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ ( الممتحنة : 9
“ Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka
sebagai temanmu, orang –orang yang memerangimu dalam urusan agama dan
mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain ) untuk
mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan mereka itulah
orang yang zhalim “ . ( QS. Almumtahanah : 9 )
Allah memerintahkan kalian berhati-hati, dan juga untuk waspada
dan siap untuk berjihad memerangi mereka yang memerangi kalian dan
mengusir kalian dari rumah-rumah kalian, kalau tidak maka tidak kita
perangi, ini makna jihad. Kita memahami bahwa jihad itu mengorbankan
nyawa , meninggalkan anak dan istri dan semuanya, dan jikalau ia wafat
maka wafat jika cacat maka cacat, hal itu begitu dahsyat perjuangannya
dan ternyata amal-amal di sepuluh hari Zulhijjah ini lebih afdhal
daripada jihad fisabilillah, terkecuali orang yang keluar dengan dirinya
bersama semua harta yang ia miliki rumah, mobil dan motor ia jual
semuanya dan dibawa harta itu bersmanya digunakan untuk berjihad maka
tidak kembali apapun dari keduanya, hartanya tidak kembali dan dirinya
pun tidak kembali yaitu wafat. Maka orang yang seperti itu barulah
amalnya lebih afdhal dari orang yang beramal-amal di sepuluh hari ini.
Hadirin hadirat, saya tidak bisa memperpanjang kalimat agung dan luhur
ini, bagaimana tawaran Ilahi untuk menyampaikan kita kepada keagungan
yang demikian dahsyatnya, betapa beratnya kita berjihad, dan betapa
ringannya Allah beri pahala yang lebih agung dari pahala jihad. Begitu
indahnya tuntunan Sang Nabi Muhammad saw, Allah berikan hal-hal yang
ringan untuk diamalkan, tapi diberi ganjaran yang sangat besar, inilah
rahasia kedermawanan Ilahi, seraya berfirman :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ¤ اللَّهُ الصَّمَدُ ¤ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ¤ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ( الإخلاص : 1-4
“ Katakanlah ( Muhammad ) “ Dialah Allah Maha Tunggal”,
Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia “. ( QS. Al
Ikhlash : 1-4 )
Tunggal dalam segala hal, tunggal dalam keabadian , tunggal dalam
kesempurnaan , tunggal mengawali segala-galanya dari tiada , tunggal
mengawali segala selainNya swt. Hadirin hadirat, jadikan Allah swt
tunggal menguasai jiwa kita, jangan jadikan ada yang lebih dari nama
Allah di dalam sanubari ini.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Usia kita semakin hari semakin berkurang, semakin dekat dengan
kematian setiap nafas kita adalah selangkah menuju ajal, dan hari
perjumpaan dengan Allah SWT semakin dekat . Jika amal kita tidak
bertambah, begitu-begitu saja setiap hari tidak berubah, berarti kita
semakin mundur, karena apa? Karena jarak perjumpaan kita dengan Allah
SWT semakin dekat, jika jarak perjumpaan kita dengan Allah semakin dekat
mestinya semakin peduli.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Kalau kita ada undangan perjumpaan dengan penguasa negeri ,
Presiden atau Raja misalnya. Perjumpaan ini bukan sekedar perjumpaan,
perjumpaan ini bisa jadi penjamuan sambutan kasih sayang diberi hadiah,
harta, rumah, mobil dan lain sebagainya, atau bisa jadi berubah menjadi
sambutan kemurkaan, mendapat kehinaan yang kekal, seperti apa?, misalnya
kalau kita tau kejadian itu setahun yang akan datang , maka bagaimana
bingungnya kita khawatir kalau kita salah bicara, salah pakai baju atau
salah melangkah dan ketahuan oleh spionasenya ( mata-mata ) dan akhirnya
dilaporkan, bagaimana jika ini terjadi?!
Yang Maha Melihat, melihat. Yang Maha Mendengar, mendengar. Yang
Maha Melihat lintasan pemikiran kita, melihat apa yang kita renungkan.
Apakah tidak ada dalam pemikiran kita tentang hal ini?!. Siang dan malam
kita memikirkan tentang makan dan minum, keluarga, rumah tangga,
anak-anak, dagangan, pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya, siang dan
malam kita memikirkan masalah ini dan itu. Maka tidakkah terfikirkan
oleh kita bahwa hari perjumpaan dengan Allah semakin dekat, itu adalah
hari penentuan dan detik-detik yang membuka kebahagiaan yang kekal atau
kehinaan yang abadi, masuk ke dalam penjara yang sangat merisaukan dan
menakutkan di dalam api neraka atau di dalam kenikmatan di sorga yang
kekal dalam kasih sayangNya. Adakah hal ini kita renungkan? Beruntung
mereka yang merindukan perjumpaan dengan Sang Maha Indah maka dia sudah
dirindukan Allah. Jauh hari sebelum berjumpa dengan Allah , ia sudah
dirindukan Allah . Allah SWT berfirman dalam hadits qudsy :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya “.
Maka jadilah hari-harinya, siang dan malamnya, makan dan minumnya,
tidur dan bangunnya dalam cahaya kerinduan Ilahi dan Allah
merindukannya. Maka tentunya berbeda , kalau seseorang tinggal di suatu
kerajaan, dan raja rindu pada orang ini, apa yang susah dalam
kehidupannya? kalau raja sudah menyayangi orang ini, maka semua pasukan
dan pengawalnya dikerahkan untuk menjaga agar jangan sampai orang ini
terganggu, bahkan sampai jalanannya pun dibuat serapi mungkin, apalagi
bukannya orang ini yang mencintai raja, tapi raja yang mencintainya.
Kita lihat kalau cinta manusia dengan manusia. Berbeda antara cinta
manusia dengan manusia dan cinta manusia dengan Allah. Kalau cinta
manusia dengan manusia itu, misalnya raja atau penguasa walaupun baik,
walaupun dermawan , walaupun segala kebaikan ada, tapi tentunya jika
kita mencintainya maka belum tentu ia mengenal kita apa lagi mencintai
kita. Namun berbeda dengan Allah SWT, yang berfirman :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya “.
Pendosa yang siang dan malam penuh kehinaan namun Sang Maha
merindukan menanti jika mereka mau merindukan Allah. Lalu bagaimana
dengan dosa-dosaku?! jiwa yang merindukan Allah pasti akan dibenahi
hari-harinya oleh Allah, pasti dibenahi kehidupannya oleh Allah, pasti
dibenahi kesusahannya oleh Allah, masalah dunia dan akhiratnya sudah di
genggaman Sang Maha Dermawan untuk diberi kemudahan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia yang sementara ini adalah
sebagai tempat untuk memperbanyak amal, dan tempat untuk perjuangan
hidup kita sementara, tidak lama kehidupan kita di dunia ini hanya
puluhan tahun saja mungkin tidak mencapai seratus tahun, di antara kita
semua yang hadir disini mungkin ada yang akan hidup melebihi seratus
tahun, dan kita tidak tau apakah kita akan hidup sampai seratus tahun,
hal ini tidak kita ketahui dan semoga kita semua panjang umur. Namun
tentunya secara umum tidak sampai seratus tahun lagi, tapi yang akan
kita jelang adalah kebahagiaan jutaan, milyunan atau triliunan tahun
bahkan tidak bisa terhitung waktu, masihkah kita menolak cinta Allah?!
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Maka jelanglah kasih sayang Nya. Rasulullah SAW menyampaikan
kepada kita bagaimana amal yang sangat agung di sepuluh hari bulan
Zulhijjah yang luhur ini, maka perbanyaklah amal ibadah dengan harta
kita ,dengan diri kita,dengan ucapan kita,dengan perbuatan kita, dan
dengan jiwa kita. Jadikan sepuluh hari ini adalah hari-hari rindu kepada
Allah . Tersisa tiga malam lagi, malam selasa, malam rabu, malam kamis
karena yang tujuh malam telah berakhir. Maka jadikanlah malam –malam ini
malam doa, malam-malam indah dan rindu kepada Allah sehingga di
malam-malam ini kita dirindukan oleh Allah .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa ketika Rasulullah
SAW hendak melakukan shalat Idul Adha, beliau keluar ke Baqii’ ke
lapangan di dekat perkuburan Baqi’ dan melakukan shalat Idul Adha disana
. Jadi beliau shalat Idul Adha sekaligus ziarah. Diriwayatkan oleh
Sayyidina Jabir bin Abdullah Ra di dalam Shahih Al Bukhari, bahwa
Rasulullah SAW kalau keluar untuk Shalat ‘ied maka pulanganya beliau
melewati jalan yang lain. Jadi kalau berangkatnya melewati satu arah,
maka pulangnya melewati arah yang lain. Al Imam Hujjatul Islam
wabarakatul Anam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari bisyarh Shahih
Al Bukhari mensyarahkan bahwa Rasul SAW mengambil jalan lain saat pulang
adalah, dalam hal ini banyak pendapat, diantaranya adalah untuk
menghindari desakan para Jamaah, yang sudah bersalaman dengan beliau
dari tempat beliau datang, maka pulangnya beliau mengambil jalan lain
agar jamaah yang di tempat lain juga kebagian salaman dengan beliau
selepas shalat ‘ied, demikian budi pekerti Nabi Muhammad SAW.
Dalam pendapat lainnya beliau kalau keluar shalat Idul Adha
melewati rumah-rumah muslimin dan melewati perkuburan untuk berziarah
selepas shalat Idul Adha, jadi dari rumah beliau SAW menuju ke medan
Baqi’ itu tidak begitu jauh, dari situ beliau melewati jalan lain karena
berziarah dulu ke ahlul Baqi’. Jadi ziarah di hari Idul Adha
teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW melakukan shalat
Idul Adha di medan Baqi’ dan salah satu maknanya sebagaimana dijelaskan
oleh Al Imam Ibn Hajar adalah selesai beliau SAW melakukan shalat ‘ied
beliau melakukan ziaratul Ahyaa wal Amwaat, yaitu menziarahi yang hidup
dan yang telah wafat maksudnya silaturrahmi ke rumah-rumah tetangga dan
menziarahi kuburan.
Pendapat selanjutnya, Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa Rasul
SAW ketika keluar dari rumahnya untuk shalat ‘ied maka pulangnya beliau
melewati jalan lain adalah untuk melimpahkan keberkahan di jalan yang
beliau lewati dan mewangikan jalan itu, sebagaimana dijelaskan oleh Al
Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari bahwa ketika Rasul SAW melewati suatu
jalan maka jalan itu menjadi wangi beberapa waktu. Jadi jalan yang telah
dilewati beliau sudah wangi, maka beliau mewangikan jalan yang lain.
Beliau tidak memakai minyak wangi, tetapi memang sudah wangi dicipta
oleh Allah SWT. Kita mengetahui kotoran itu keluar dari tubuh kita ,
diantaranya keluar melewati keringat, demikian indahnya Allah SWT
merangkai jasad sayyidina Muhammad SAW sampai keringat beliau pun lebih
wangi dari semua wewangian, sehingga beliau ingin mewangikan jalan-jalan
di Madinah dengan melewatinya. Al Imam Ibn Hajar juga menukil, sebagai
sunnah bagi ummat ini untuk melakukan itu, kalau berangkat dari satu
arah maka pulangnya dari arah yang lain supaya permukaan bumi itu
menjadi saksi bahwa kita telah melewatinya dalam kemuliaan, karena bumi
akan bersaksi untuk kita kelak.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Di malam-malam agung ini disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak
doa. Ketika kita melihat orang-orang yang melakukan shalat sunnah mereka
pindah tempat , mengapa berpindah tempat begitu? maksudnya supaya
semakin banyak pijakan bumi yang akan menyaksikan kebaikannya, karena
setiap tempat yang kita pergunakan untuk berbuat pahala dan dosa akan
bersaksi di hari kiamat kelak. Jadi mereka berpindah tempat ketika
melakukan shalat sunnah agar semakin banyak bagian dari bumi ini yang
ditempuh atau di injak dalam keluhuran dan pahala atau di pakai sujud,
atau di pakai zikir . Dan tanah masjid yang kita inipun yang kita duduki
akan menjadi saksi bagi kita di hari kiamat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Muncul kepada saya pertanyaan, bagaimana kalau Idul Adha itu jatuh
pada hari Jum’at ?, ada pendapat mengatakan bahwa Rasul SAW membolehkan
untuk tidak melakukan shalat Jum’at, kalau berkumpul Shalat ‘ied dan
shalat Jumat dalam satu hari. Namun hal itu disangkal oleh Hujjatul
Islam Al Imam An Nawawy di dalam Syarh Nawawy ‘alaa Shahih Muslim
berdasarkan hadits riwayat Shahih Muslim, yang menjelaskan bahwa salah
seorang sahabat, Nu’man bin Basyir berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ فِي
اْلعِيْدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِـسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى و
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ قَالَ: وَإِذَا اجْتَمَعَ اْلعِيْدُ
وَالْجُمُعَةُ فِي يَومٍ وَاحدٍ يَقرَأُ بِهمَا أَيضًا في الصَّلاتَينِ (
رواه المسلم
“ Rasulullah SAW di dalam shalat dua hari raya dan shalat
jum’at membaca surat ( Sabbih isma Rabbika al a’laa dan Hal Ataaka
hadiitsu al ghasyiyah), dan berkata : jika shalat ‘ied dan shalat jumat
terjadi dalam satu hari maka Rasul SAW juga membaca kedua surat ini
dalam shalat ‘ied dan Idul Adha”
Hadits riwayat Shahih Muslim ini merupakan suatu dalil bahwa Rasul
SAW tidak memerintahkan agar shalat Jum’at dihilangkan, berarti Rasul
SAW melakukan shalat Jumat di waktu hari ‘ied juga. Lalu Al Imam Nawawy
menengahi tentang hadits yang mengatakan bahwa tidak perlu shalat Jumat
jika sudah shalat ‘ied itu bagi yang datang dari jauh. Di masa lalu
mereka berdatangan dari jauh untuk shalat ‘ied di satu tempat, ada yang
datang dari Wadi yaitu lembah-lembah, tempat-tempat yang jauh mereka
datang dengan berjalan kaki mungkin butuh waktu ber jam-jam atau
setengah hari, mungkin untuk hadir shalat ‘ied di tengah malam mereka
sudah berangkat supaya bisa tiba di waktu subuh di Madinah Al
Munawwarah, jadi kalau mereka setelah shalat ‘ied pulang ke rumah mereka
dan harus kembali lagi untuk shalat Jumat, tentunya akan memberatkan
bagi mereka maka Rasul berkata sudah tidak perlu kembali lagi untuk
shalat Jum’at , karena akan memberatkan bagi mereka. Jadi bagi mereka
yang masjidnya tidak jauh maka tetap melakukan shalat Jumat. Di zaman
kita sekarang meskipun sejauh-jauhnya masjid masih mudah untuk kita
tempuh. Di zaman dahulu orang butuh waktu berjam-jam untuk bisa
menghadiri shalat Jum’at karena masjidnya sangat jauh. Alhamdulillah di
zaman sekarang terutama kita di pulau Jawa sangat mudah menemukan masjid
dan mushalla, tetapi di sebagian saudara-saudara kita di wilayah Papua
butuh berjam-jam juga untuk menempuh perjalanan ke masjid. Semoga
adik-adik kita yang belajar di sini di bawah asuhan KH.A hamad
Baihaqi,kelak merekalah yang akan membangkitkan ribuan masjid disana
agar muslimin muslimat tidak kesulitan untuk melakukan shalat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijjah
sebagaimana hadits riwayat Shahih Muslim,bahwa Rasul SAW ditanya tentang
puasa Arafah kemudian beliau bersabda :
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالسَّنَةَ القَابِلَةَ
“ Puasa Arafah itu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang “
Berkata Hujjatul Islam Al Imam Nawawy Ar dalam Syarh Nawawy ‘ala
Shahih Muslim bahwa sebagian Ulama mengatakan bahwa akan diampuni dosa
setahun yang lalu dari semua dosa-dosanya, dan setahun yang akan datang
itu adalah dosa-dosa kecil saja yang diampuni. Tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa yang dimaksud setahun yang akan datang itu adalah bahwa
Allah akan memberi ia hidayah dan taufik hingga ia tidak sampai ke hari
Arafah yang akan datang kecuali telah dihapus dosa-dosanya oleh Allah
SWT, dihapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang,
demikian indahnya. Tetapi bukan berarti kita berfikir dengan berpuasa
hari Arafah berarti boleh bermaksiat selama setahun, jangan-jangan tidak
diterima puasanya, belum berpuasa sudah berniat seperti itu. Maka
berniatlah ikhlas karena Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang, demikian indahnya
sang Maha Indah. Dan tentunya di hari Arafah perbanyak doa , jadikan
hari Arafah hari puasa kita. Mereka saudara saudari kita berkumpul di
padang Arafah di dalam keluhuran dalam zikir dan doa, maka yang disana
tidak disunnahkan berpuasa, karena diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari ketika Rasul SAW melaksanakan Haji Wadaa’ , maka para sahabat
ragu dan saling bertanya apakah Rasulullah puasa atau tidak di hari
Arafah ini, maka berkatalah salah satu istri beliau : “ berilah beliau
susu, beliau tidak akan menolak susu karena beliau sangat menyukai susu,
kalau beliau menolak berarti beliau berpuasa, kalau beliau tidak
menolak berarti beliau tidak berpuasa “ tetapi jika diberi air, kalau
beliau ingin minum maka beliau minum, jika tidak mungkin beliau akan
menolak tapi jika susu yang diberikan tidak akan beliau tolak kecuali
beliau berpuasa. Ketika itu Rasul SAW berada di atas ontanya kemudian
diberikan susu lalu beliau minum, berarti Rasulullah tidak berpuasa di
hari Arafah karena sedang menunaikan haji, maka tidak disunnahkan mereka
yang sedang menunaikan ibadah haji di padang Arafah untuk berpuasa
Arafah, karena tidak diajarkan oleh Rasul SAW. Tapi yang tidak berangkat
haji dan umrah, maka Rasul SAW memberikan kemuliaan puasa bagi mereka
dengan mendapatkan penghapusan dosa setahun yang lalu dan setahun yang
akan datang .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, bahwa Rasul SAW bersabda :
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ يَعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
“ Tiada satu hari yang lebih banyak dimana Allah SWT membebaskan hamba dari api neraka melebihi hari Arafah”.
Jadi belum sampai ke neraka atau ke surga nama-nama penduduk
neraka dan penduduk surga sudah tercantum. Maka setiap waktu dan saat
Allah pindahkan nama-nama itu, ada yang nama ahli surga di pindah ke
neraka karena perbuatan jahatnya, ada nama ahli neraka di pindah ke
sorga karena telah bertobat, itu setiap detik terjadi, Allah SWT
memindahkan nama-nama para pendosa ke sorgaNya. Namun kata Rasul SAW
paling banyak Allah SWT membebaskan hamba-hambaNya dari api neraka
adalah di hari Arafah. Semoga kita semua dipastikan oleh Allah bebas
dari api neraka. Penyampaian saya yang terakhir adalah firman Allah SWT :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ( المائدة : 3
“ Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan
telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agamamu” . ( QS. Almaidah : 3 )
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, berkata sayyidina Umar
bin Khatthab bahwa kejadian itu yaitu turunnya ayat ini terjadi tepat
pada hari Jum’at di hari Arafah , dan setelah itu adalah pelaksanaan
haji wadaa’ (
haji perpisahan ) bagi Rasul SAW, setelah itu masih ada ayat-ayat Al
qur’an yang turun. Jadi, kalau ayat ini dipakai dalil bahwa tidak boleh
ada lagi penambahan dalam hal-hal yang diperbolehkan di dalam syariat ,
karena sudah turun ayat tadi, tentunya itu adalah pemahaman yang salah
karena setelah ayat itu ada ayat lain lagi yang turun, ayat mengenai
hutang, mengenai warisan dan lainnya, jadi ayat ini bukan ayat terakhir.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Namun ayat ini di dalam tafsir Al Imam Thabari dan lainnya,
mempunyai makna bahwa sudah sempurnanya Makkah Al Mukarramah, bersih
dari berhala yang sebelumnya masih dipenuhi berhala, dan sempurnanya
agama ini dengan kesempurnaan yang abadi, tentunya semua hal yang
membawa manfaat bagi muslimin muslimat boleh dilakukan selama tidak
bertentangan dengan syari’ah, demikian hadirin hadirat yang dimuliakan
Allah. Kita bermunjat kepada Allah SWT, semoga malam-malam agung ini
kita termuliakan dengan cahaya yang paling indah yang pernah Allah
anugerahkan kepada hamba-hambaNya di malam-malam agung di sepuluh malam
Zulhijjah Ya Rahmaan Ya Rahiim Ya Zal Jalaaly wal Ikraam Ya Zatthawli
wal in’aam, inilah sepuluh malam yang mulia dan ini adalah malam yang
ketujuh. Rabby, tersisa tiga malam di hadapan kami maka selesailah kami
dari sepuluh malam Zulhijjah. Rabby inilah doa kami, betapa banyak
maksiat yang kami lakukan di masa lalu, dan barangkali betapa banyak
pula dosa yang akan menjebak kami di masa mendatang , maka kepada siapa
kami akan mengadu kalau bukan kepadaMu Ya Rabby, betapa banyak musibah
yang kami lewati di masa lalu, betapa banyak musibah yang mungkin akan
datang di masa mendatang , betapa banyak kenikmatan yang kami lewati
yang lupa kami syukuri, betapa banyak kenikmatan yang akan datang yang
barangkali kami lupa mensyukurinya, kepada siapa kami menitipkan diri
ini wahai Rabby kalau bukan kepadaMu Ya Allah, kalau bukan kepada Yang
Maha berkasih sayang , kalau bukan kepada yang berfirman :
” Aku merindukan hamba-hambaKu jika hamba-hambaKu merindukanKu”, kepada yang berfirman :
“ Aku bersama hambaKu ketika hambaKu mengingatKu dan bergetar bibirnya menyebut namaKu “. Rabby,
kami memanggil namaMu, kami getarkan bibir untuk memanggil namaMu, yang
getaran bibir kami menterjemahkan seluruh doa dan hajat kami , kami
memanggil namaMu Ya Allah maka dalam nama itu kami pendamkan seluruh
hajat kami , kami mohonkan seluruh doa kami, kami mintakan segala
kemudahan di masa mendatang, kami mintakan pengampunan di masa lalu, dan
kami mintakan taufik dan hidayah, dan kami mintakan agar kami jauh dari
api neraka. Wahai Allah kami mendengar siksaan ynag paling ringan di
dalam neraka adalah dipakaikan sandal dari api hingga bergejolak otaknya
dari panasnya sandal api itu, api itu dipanaskan selama seribu tahun
hingga berwarna putih, dan api itu dipanaskan selama seribu tahun hingga
berwarna hitam, pernahkah terbayang kau melihat api yang berwarna
hitam, api yang bergemuruh memanggil para pendosa . Rabby, disaat itu
dimanakah kami, jangan kami dipanggil oleh api neraka karena dosa-dosa
kami saat kami bangun di padang mahsyar Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim .
Pastikan kami di dalam kelompok yang Kau firmankan :
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ
عَنْهَا مُبْعَدُونَ ¤ لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا
اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ ¤ لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ
الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ( الأنبياء : 101-103
“ Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (
ketetapan )yang baik dari kami ( Allah ), mereka akan dijauhkan dari api
neraka, mereka tidak mendengar desis api neraka, dan mereka kekal dalam
menikmati semua yang mereka inginkan, kejutan yang dahsyat tidak
membuat mereka sedih , dan para malaikat akan menyambut mereka ( dengan
ucapan ), “ inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu “. ( QS. Al
Anbiyaa’ : 101-103 )
Orang-orang yang lebih dahulu Allah beri anugerah, mereka meminta
di masa hidupnya husnul khatimah , maka Allah berikan kepada mereka
anugerah, mereka jauh dari api neraka, jangankan mendengar gemuruh api
neraka, desisnya pun mereka tidak mendengarnya, karena mereka dalam
keagungan cahaya Ilahi, mereka sampai ke surga Allah dan jauh dari api
neraka itu dan tidak mendengar desisnya, dan mereka tidak risau dan
tidak bingung di hari dimana semua orang kebingungan, karena di hari itu
mereka gembira dan berjumpa dengan yang dirindukannya yaitu Allah SWT.
Di dunia mereka merindukan Allah, di hari itu di saat semua orang
kebingungan, tetapi mereka dirindukan dan dipanggil oleh Allah dengan
panggilan kasih sayangNya. Rabby, betapa jauh berbeda mereka yang
dipanggil oleh api neraka dan yang dipanggil oleh kasih sayangMu.
Jadikan kami dipanggil oleh kasih sayangMu Ya Allah. Allah berfirman :
إِنْ ذَكَرَنِيْ فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِيْ وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِي مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ
“ Barangsiapa yang mengingatKu dalam dirinya, Aku pun
mengingatnya dalam diriKu, jika ia mengingatKu dalam keramaian maka Aku
pun menyebutnya dalam tempat yang ramai.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا …
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله… ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Semoga malam ini malam qabul kita, malam keabadian kita untuk
terbuka padanya rahasia keridhaan Allah yang abadi, tiada berakhir
hingga kita bertemu dengan Allah SWT kelak, seraya berfirman :
إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ ( الطور : 28
“ Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya
Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath Thuur :
28)
Hingga kelak di hari kiamat ada yang berbangga-bangga dimuliakan Allah, apa yang mereka ucapkan?
إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (الطور 28
Dulu kami menyembahNya dan berdoa kepadaNya, menyebut
namaNya, Sungguh Dialah Yang Maha Baik dan Maha berkasih sayang. (QS
Atthuur 28)
Mereka dalam sambutan yang kekal, semoga kita dalam kelompok
mereka di hari kiamat, berabangga-bangga sering memanggil nama Allah
SWT, dunia bukan tempat berbangga-bangga, akhirat tempat
berbangga-bangga dari segala pengampunan Allah SWT.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Beberapa hal yang perlu saya sampaikan pada malam hari ini, malam
Idul Adha malam Jumat ini kita akan mengadakan takbiran sebagaimana
selebaran yang telah dibagikan . Dan juga saya memohon doa karena besok
akan tabligh akbar dan zikir Jalalah di Denpasar Bali, esok pagi
keberangkatan dan kembali hari Rabu Insyaallah, dan minggu ini juga ada
acara di Banjarmasin dalam Tabligh Akbar dan Doa, dan malam Sabtu dan
malam Ahad tetap di Jakarta, Insyaallah. Untuk minggu ini cuma ada dua
acara yaitu di Denpasar dan Banjarmasin. Insyaallah menyusul bulan
Desember di Masjid Raya Bogor, Bandung dan wilayah Jawa Barat untuk
bulan Desember. Jadi yang bisa berangkat ke Denpasar silahkan berangkat,
tapi tidak dianjurkan konvoi tapi kalau ke Cimahi Bogor tidak apa-apa
konvoi, tapi kalau ke Denpasar tidak diperbolehkan konvoi, kita konvoi
dengan doa kita insyaallah acara di wilayah sukses dan dakwah semakin
mulia dan kita semakin indah di dalam hari-hari kita.
Saya juga memohon kepada Jamaah untuk tidak terlalu berdesakan
dalam bersalaman kepada pendosa ini, saya bukan Ulama bukan pula
Shalihin yang berhak untuk diambil barakah saya cuma pendosa yang
berharap pengampunan dosa dari Allah karena doa kalian para Jamaah.
Memang dulu para Sahabat berdesakan untuk bersalaman dengan Rasulullah
dan menciumi beliau, tapi beliau Rasulullah yang memang berhak untuk
dimuliakan, dan sebelum beliau mendapatkan hal itu, di awal dakwah
beliau, beliau sendiri yang bercerita : “suatu waktu aku berdiri di
salah satu pasar, ketika ku katakan :
قُوْلُوْا لاَإلهَ إِلاَّ الله
“ Katakanlah : Tiada tuhan selain Allah “
Mereka berdesakan padaku bukan untuk berjabat tangan atau
untuk mengucapkan “ Laa ilaaha illallaah “, tetapi mereka berebutan
meludahi wajahku,
kata Rasul SAW. Demikian keadaan dakwah Sang Nabi. Tentunya hamba
pendosa ini malu, di zaman Rasulullah orang-orang berdesakan meludahi
beliau dan di zaman sekarang orang-orang berdesakan mau menciumi saya
hamba penuh dosa ini, sungguh sangat tidak pantas. Demikian sekedar
himbauan penyampaian dari sanubari ini, tentunya jika akan memberatkan
kalian sendiri cukuplah bersalaman dengan doa dan munajat kita bersatu
dalam persaudaraan Islam dunia dan akhirah. Jika kau bertabarruk dengan
tangan pendosa ini tampaknya bukan tempatnya, demikian hadirin hadirat.
Selanjutnya kita teruskan acara ini dengan qasidah Muhammadun mengenang
indahnya Nabi kita Muhammad SAW, falyatafaddhal masykuraa.
www.catatantemmy.blogspot.com